Minggu, 14 Februari 2010

Naik KRD Cicalengka-Padalarang



Beberapa minggu yang lalu aku mengajak anak kelas 5 naik KRD. Mulanya tidak sengaja. Di kelas aku membuat puisi spontanitas tentang kereta api. Kemudian anak kuberi beberapa soal yang salah satunya berbunyi: tuliskan pengalamanmu naik kereta api. Mogok. Karena ternyata beberapa anak belum pernah naik kereta api sekalipun. Kemudian iseng-iseng kuajak mereka naik KRD dan mereka menyambut dengan antusias.

Aku bertanya dulu ke Kepala Sekolah tentang teknis naik KRD, karena beliau orang Cicalengka dan seringkali 'hilir mudik' naik KRD jurusan Cicalengka-Bandung.
Beliau memberi keterangan dan tips-tips naik KRD. Maklum, selain murah yang sering terdengar KRD katanya rawan kejahatan.



Aku kemudian melanjutkan 'promosi'ku ke anak kelas 5. Kuminta mereka membawa uang Rp10ribu termasuk ongkos naik angkot dari dan ke stasiun Bandung. Jajan dan bekal kira-kira sendiri. Siapapun boleh pergi dan tidak dipaksa. Kami bersepakat akan pergi di hari Minggu pukul 07.00.



Hari Minggu tiba. Aku tiba di sekolah sudah ada beberapa anak menunggu. Kusuruh mereka menghitung, "12 orang, Bu". Baik. Ayo berangkat! Kemudian kami naik angkot jurusan Lembang-Stasiun. Di angkot sambil ngobrol2 kutawarkan kepada anak2: bagaimana kalau kita ke Padalarang! Mereka antusias sekali. Jelas saja, kan ongkosnya murah 1000 ke Cicalengka, 1500 ke Padalarang, dan 1000 lagi ke Bandung. Murah kan?



Turun di stasiun utara aku kemudian membeli karcis di loket untuk mereka semua. Harganya cuma seribuan perorang! Aku beli 13 karcis ke Cicalengka. Kubayar Rp13.000 untuk 13 orang. Kurang? Oh ternyata anak yang pergi 13 orang jadi 14 denganku. Beli satu lagi. Kereta akan tiba kira-kira 5 menit lagi. Tiket kubagikan lalu Aku dan anak2 masuk ke dalam stasiun.

Sampai ke spur 3 ada kereta yang model kursinya seperti angkot. Oh ini, pikirku. Aku kemudian naik dan disusul anak2. Ada anak muda berjilbab tanya, "Bu, mau naik Patas?" Aku membatin, "wah salah naik nih." "oh bukan. Kami mau naik yang murah." kataku. katanya lagi "ini mah Patas Bu." Oh pantesan enak dan bersih. Tiketnya 5kali lipat dari KRD. Kamipun turun. Di bawah ada orang berseragam bertanya "Ibu mau naik KRD?" Kuiyakan dan dia menyuruh kami semua menunggu di sepur 2. Kereta hampir tiba. Sudah kelihatan lampunya di kejauhan. Aku merapikan ke 13 anak itu supaya jangan terlalu dekat ke rel. "Takut kena hidung" ancamku dijawab oleh senyuman mereka.


Kereta berhenti. Gelap. Penuh orang berdiri. Terbayang kata orang banyak penjahat di dalam. "Gimana masuknya?" Aku ngeri. Remang-remang kulihat ada bangku kosong di dalam. Segera pasukan kusuruh naik. Benar saja. Beberapa anak langsung dapat duduk. Ada juga yang berdiri. Aku? Ya berdiri dong! Aku menoleh ke arah mereka kuhitung. 13 orang. Selang sejenak, kereta berangkat. Katanya KRD akan berhenti di setiap stasiun.

Perhentian pertama: Cikudapateuh. Ada yang turun, ada yang naik. Anak2 lebih banyak yang duduk sekarang. Orang dewasa yang duduk di situ kok ya nggak tergerak ya melhat anak2 kecil berdiri sementara mereka enak2an duduk. Yah kids.. ini kan dunia yang sesungguhnya. Aku memperhatikan para penumpang. Ada yang memakai kaos, jaket hitam, ibu-ibu menor, ada yang duduk baca koran (ternyata nggak gelap2 amat, cukup terang buat baca koran), semua kulakukan karena aku waspada. Jangan sampai anak2 titipan ini jadi korban kejahatan. Semua kubisiki: jangan mengeluarkan HP! soalnya meski sudah dilarang bawa HP masih ada yang bandel. Tas taruh di depan, jangan digendong belakang. Anak2 mengangguk, dan aku mulai menghitung lagi... 13orang. Kereta berangkat lagi.

Orang2 mulai 'tertarik' melihat keributan anak2. Yah namanya juga anak2. Mereka berisik di mana2 kan? Mereka bertanya mau ke mana? Sama siapa? dan beberapa pertanyaan lain yang aku tidak jelas mendengar. Beberapa dari mereka menunjukku. Kuberi senyuman dan anggukan. Bapak-bapak yang duduk di depanku memberikan 'tips' naik KRD. Orang jahatnya biasanya ada di deket pintu. Nanti kalau turun hati2. Tunggu saja sampai kosong baru turun. Bapak itu kemudian bilang hendak turun di Kiara Condong. Kami bisa memakai bangkunya. Perhentian 2: Kiara Condong. Lebih banyak lagi anak yang duduk sekarang. Kuhitung mereka. 13 orang.



Lepas Kiara Condong anak2 mulai merasa 'at home'. Lutut mereka letakkan di kursi, dan badan menghadap .. jendela. Pemandangan mulai luarkota : sawah. Rupanya ada genangan air. Serempak mereka bilang "iihh... danaau..." hehe... "eh itu ada pulau di tengah danau" "eh ada rumah di tengah danau" ...hehe.. Aku hanya senyum sendiri melihat kelakuan mereka. Penumpang lain ada yang sukarela menjelaskan kalau itu banjir, ya banjir di tengah sawah dan perumahan...




Di dalam kereta banyak sekali orang jualan. Apa saja dijual di sini. Mulai yang 'dibutuhkan' dalam perjalanan seperti: makanan, ada tahu sumedang, lontong, jeruk, rambutan, kerupuk, permen, dan minuman. Tapi ada juga yang 'tidak' diperlukan dalam perjalanan seperti: VCD-DVD, jarum pentul, perdana SIM Card... kain pel (? tapi aku beli :) wong murah 10rb dapet 5 kainnya perca handuk katun), dan... silet! Aku melirik ke arah anak2. Mereka berbisik satu sama lain... buat apa ya jual jarum pentul kata mereka. Mereka mulai jajan ketika ada tahu sumedang lewat. Yah ... ala anak2 ... ada yang beli seribu atau dua ribu. Karena sudah mulai jajan, anak2 kemudian tidak terlalu konsentrasi lagi ke jalan sehingga stasiun Gede Bage, Ranca Ekek, Haur Pugur tidak terasa.. tahu-tahu sudah sampai Cicalengka.

Sampai di Stasiun Cicalengka aku merapikan duduk anak2. "Tunggu di sini. Ibu mau beli tiket. Ke Padalarang ya?" Mereka mengiyakan dengan ekspresi wajah bersemangat. Setelah kuhitung anak jumlahnya 13 orang, aku turun. Beli tiket. Setelah beli tiket aku langsung naik ke gerbong dan membagikannya kepada anak2. Tidak lama terdengar suara peluit. Kereta mulai bergerak meninggalkan Stasiun Cicalengka.

Ada yang menarik waktu kereta lewat kolong jalan tol. Kereta tiba2 gelap sebentar dan anak2 berteriak "whuiih.." Sekarang gerbong tidak terlalu penuh. Sehingga anak leluasa bergerak. Aku memperhatikan sekeliling. Kurasa aman. Anak2 kusuruh membuka bekal yang mereka bawa dari rumah. Kelihatannya tidak smua bawa bekal. Ada yang membuka bekal, kemudian diserbu oleh teman-temannya. Begitu bergantian. Waktu ada penjual rambutan lewat, aku beli, dan segera diserbu oleh anak2. Seru, lucu, dan menyenangkan.

Sempat juga aku tertidur sedikit. Antara Gdebage dan Kiara Condong. Sambil memperhatikan anak2 aku agak terlelap sebentar. Sampai tiba2 ada anak yang berteriak "wah, udah sampai Stasiun Bandung!!" Aku terjaga dan memperhatikan situasi. Ternyata Stasiun Kiara Condong. Di sini ada beberapa orang naik bawa rombong besar kosong. Mungkin bekas membawa hasil pertanian atau kebun. Mereka berbisik-bisik dalam Bahasa Sunda, "gimana kalau ketahuan" Rupanya mereka sedang menerapkan syair lagu Naik Kereta Api. Naik Kereta Api tututut.. Siapa hendak turut... Ke Bandung-Surabaya .. "bolehlah naik dengan percuma"... wah jadi boleh naik kereta api dengan percuma... pantesan PT KAI sering mengeluh rugi terus... wong banyak yang "naik dengan percuma"



Tapi setelah hampir sampai aku tertarik juga buat tanya-tanya sama mereka. Ternyata mereka itu bersaudara. Habis menjual pisang di pasar Kosambi dan Kiara Condong, dan sekarang mau pulang ke Padalarang. Hm.. aku jadi ingat curigaku sepanjang jalang tadi. Aku menasihati diri sendiri. Jangan suudzon. Tetap baik sangka. Tetap waspada.
Kereta lewat Stasiun Bandung, Ciroyom, Cimindi dan beberapa stasiun lagi. Anak2 kembali meletakkan lutut mereka di bangku dan badan menghadap jendela.

Sampai di Stasiun Padalarang, anak2 minta ijin ke toilet. Kuijinkan sambil aku juga beli tiket di loket. Setelah beli tiket, kubagikan, kami foto-foto sebentar, lalu naik lagi ke atas kereta. Sekarang pindah gerbong agak ke tengah. Di sini agak ramai. Anak2 terpisah menjadi beberapa kelompok. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Menghitung. Lima, empat, empat, tigabelas. Lengkap.

Aku mencari kemungkinan kalau-kalau kita bisa berheti di Stasiun Ciroyom. Aku tanya ke sebelahku. Aku kuatir terlewat begitu saja Ciroyom. Dia bilang "Bu, nanti kalau bau, berarti kita ada di Ciroyom." Setelah melewati beberapa stasiun salah satunya bernama Gado Bangkong. Nama yang aneh batinku. Gado=dagu, bangkong=katak/kodok. Sejak kapan kodok punya dagu ^.^. Ah sudahlah...

Ternyata benar. Sampai di Stasiun Ciroyom. Baunya bukan main. Seolah kita berada di Tempat Pelelangan Ikan di tepi pantai. Jauh dari hawa Bandung. Anak2 turun dari kereta, aku terakhir. Cepat-cepat kami berjalan meninggalkan Stasiun Ciroyom... Baunya itu lho tak tahan... Kemudian kami naik angkot Ciroyom-Sarijadi. Anak-anak turun di Gegerkalong Hilir dan aku di Cibogo Sarijadi.

Capai dan senang bercampur jadi satu.

Tidak ada komentar: