Senin, 17 Maret 2008

Sertifikasi? Kasihan para senior....

Sertifikasi, kata itu sekarang lagi musim di kalangan sekolah-sekolah. Janjinya orang yang lulus sertifikasi akan diberi tunjangan sebesar gaji pokok mereka. Menggiurkan sekali. Syaratnyapun lumayan susah. Pertama dengar dulu, katanya yang sertifikasi itu harus sarjana bukan sembarang sarjana tapi musti yang lulusan UPI (IKIP) alias sarjana kependidikan, pengalaman mengajar puluhan tahun dan ini dan itu ....yang kalau dihitung-hitung yang bakalan lulus sertifikasi itu guru seniooor banget yang hampir pensiun. OK. Setuju. Kita yang masih muda memang belum setua itu masih jauh ke depan ikhlas-ikhlas saja dengan keputusan pemerintah itu.
Ternyata eh ternyata, syarat itu jadi semacam mission imposibble yang jadi bumerang buat pemerintah karena banyak sarjana yang ternyata dulunya non kependidikan, bukan lulusan IKIP (UPI) yang menjadikannya seperti saringan virus.... lembuuuut banget. Akhirnya mereka melonggarkan keputusan yang dibuatnya sendiri... apa saja asal sarjana... dari PT mana saja masuk, kependidikan/non kependidikan silakaaan. Pengalaman mengajar juga tidak jadi bahan pertimbangan. Jadilah berduyun-duyun guru yang sarjana melengkapi syarat buat sertifikasi. Baguslah...
Nah sekarang ternyata yang ini, rasanya jadi nggak adil buat guru yang berdedikasi, yang nggak pernah keluar kelas 'demi' sekali lagi DEMI tidak mau meninggalkan anak didiknya sehingga mereka tidak mau kuliah. Nggak pernah ikut penataran, karena biasanya ada guru 'urusan luarnegeri' yang biasa diutus ke penataran ini itu atau rapat-rapat sebangsanya. Guru ini tidak pernah ikut yang begitu karena seringkali beliau ini bukan malas, tapi berat meninggalkan anak didiknya. Tahu sendirilah kalau pengajar invaler bagaimana. Sama koq aku juga. Paling-paling TIK nya Anak diam tenang di kelas, tidak ada yang bertengkar atau berkelahi. Nilai biar oleh gurunya. Ibu kita ini yang aku yakin banyak sekali di negeri ini mungkin jumlahnya lebih banyak dari yang memenuhi syarat sertifikasi.
Mereka tidak akan masuk syarat sertifikasi!!! Karena apaaaaaaa? (Inget Harmono Rep BBM?) Karena mereka bukan SARJANA!!! Dosa mereka cuman satu: BUKAN SARJANA!! Padahal mereka adalah guru yang bisa digugu dan ditiru. Dedikasi mereka luar biasa... tapi tidak akan lulus sertifikasi karena mereka bukan sarjana.
Sedih sekali. Aku sedih bukan demi diriku. Aku sih masih lama sampai ke syarat itu, kuliah sedang maju. Tapi pemerintah benar-benar menafikan jasa-jasa mereka. Mereka itulah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Mentang-mentang nggak akan ngasih tanda jasa, bangga sudah menyebutnya sebagai pahlawan dan melupakan jasa, dedikasi dan kredibilitas mereka buat mencerdaskan anak bangsa.
Guru-guru itu paling cuman bisa bilang 'Ya mau gimana lagi, kita kan bukan sarjana. Biar saja. Allah kan Maha Menghitung.' Pemerintaah.... hallooooo... mengandalkan Allah saja nih buat menginga jasa-jasa mereka itu. Memang sih.. Allah akan mencatat semua amal kebaikan bahkan sebesar biji sesawi, tapi masak siiih... semua jadi urusan akhirat? Dan guru nggak berhak mendapat perhatian dari pemerintah...
Duh kasihan... semoga kalangan berwenang ada yang baca tulisan orang bodoh ini dan tergerak hatinya untuk memperhatikan dedicated teacher yang non sarjana.
Salam buat ibu Mulyani, Pak Hermat dan guru berdedikasi lainnya. Sekian

Tidak ada komentar: