Rabu, 11 Juni 2008

Story Telling 1

Bulan Mei lalu, aku menghadiri sebuah seminar tentang story telling di UPI. Pembicaranya dosen UPI, penyelenggaranya mahasiswa. Di sana disajikan perlunya story telling sebagai salah satu metode pengajaran, bagaimana persiapannya, tips dan triknya, dan sebagainya.
Materinya sih menarik, tapi tidak seperti seminar yang biasanya aku datangi, kali ini agak berbeda. Kalau kita datang ke sebuah seminar, biasanya pembicara, moderator, pokoknya semua yang tampil di panggung akan berada di panggung dari awal sampai akhir. Sehingga kalau kita masih penasaran dengan salah satu pembicara kita bisa 'mengejar' dengan pertanyaan2.
Tapi ini tidak demikian. Ketika seminar belum selesai, baru sesi kedua, tiba-tiba aku menyadari bahwa pembicara pertama tidak kelihatan. Kupikir ke belakang sebentar atau bagai mana. Tiba giliran workshop, peserta diminta mempersiapkan sebuah penyajian story telling. Peserta lalu sibuk bekerja perkelompok. Ketika sedang berdiskusi, sekerlingan aku melihat pembicara kedua diam-diam menyelinap pergi. Lho koq gini caranya? Mengapa kita semua ditinggal pergi? Pemimpin workshop itu yang entah mahasiswa atau dosen freshgraduate kelihatannya tidak meyakinkan dalam memberikan arahan.
Aku jadi heran, kenapa dosen2 pembicara pertama dan kedua itu pergi? Seperti memberikan kuliah, beres langsung menghilang. Apakan mentang2 penyelenggaranya mahasiswa sehingga dia bebas seperti itu? Apakah mereka akan pergi juga kalau penyelenggaranya DIKTI misalnya. Nggak kan. Kesannya pembicara ini tidak menganggap penyelenggaranya penting. Yah mereka kan mahasiswa.
Berhubung kali itu kami sedang mempersiapkan UASBN, kami mohon diri sehubungan dengan kepentingan kami itu. Tapi hal itu juga mungkin tidak akan kami lakukan bilamana dosen pembicaranya tetap berada di tempat.